Tentang daya kerja sel sel dengan segala akibatnya yang
diderita, dalam alam kehidupan manusia, lantaran perutnya (lambung) senantiasa
dipenuhi makanan yang tak selaras dengan kemampuan ragawi. Dan sebaliknya,
perut atau lambung yang tak selamanya dipenuhi makanan, maka sel sel dalam
tubuh tak bakal menjadi lembab, bahkan terasa panas (suhu yang sehat) yang
memacu kerja urat syaraf bertambah giat dan cepat yang menimbulkan daya tarik
yang kuat pula. Sel sel yang menjadi panas akan menimbulkan pergeseran yang
menumbuhkan daya tolak tarik "magnetische kracht" mempunyai aliran
yang dinamakan tenaga listrik" yang berasal dari benda mati (materi) bisa
dimanfaatkan di bidang teknik, sanggup menggerakkan atau mengangkat benda dan
sebagainya. Semisal sebuah semprong lampu kalau digosok dengan secarik kain sutra
atau woll maka ia mempunyai daya tarik (magnetik)
Daya tarik yang ditimbulkan sel sel tersebut, bukan seperti
tenaga listrik teknik yang bisa kita lihat dengan pancaindera, melainkan tenaga
listrik halus yang diterima oleh otak berupa sinar dan langsung dialirkan
kearah budhi "Budhis lichaam". Sinar inilah yang dinamakan sinar
bathin "Unvending licht atau Hat subjective licht".
Hakiki urat syaraf otak yang mengandung daya tarik listrik
tadi akan menjelmakan daya nalar pikir yang memiliki kemampuan menangkap
sesuatu yang ada di luar jangkauan akalnya dan lebih meyakinkan lagi mampu
membuka tirai yang menutupi sesuatu persoalan atau peristiwa yang pada galibnya
dipandang sulit dan pelik.
Kiranya manusia yang memiliki kadar cara berpikir
berkualitas inilah yang sanggup menghadapi segala kendala dan memecahkan setiap
persoalan tanpa merasa letih nalar otaknya, dan cenderung rasa cintanya
terhadap segala macam ilmu pengetahuan. Seperti tak puas puasnya mereguk ilmu.
Seperti ungkapan Rasul "Carilah ilmu mulai dari buaian hingga keliang
lahat "
Nilai nilai pikiran yang demikian inilah yang bisa dimiliki
oleh mereka yang lambungnya tidak selalu dipenuhi makanan atau dengan kata lain
mereka yang menunaikan puasa yang dituntut oleh syara. Pada umumnya melahirkan
para ulama, kyai ataupun cendekiawan muslim yang mumpuni serta tokoh tokoh
bibit unggul yang dibanggakan.
Inilah bukti yang dipraktekkan Rasulullah saw, mendidik
umatnya dengan berpuasa, mensucikan jiwa, menatap renung keheningan hati, satu
satunya menelusuri jati diri, meski berawal dari bangsa Arab yang kala itu
dikenal dalam sejarah sebagai bangsa "Jahiliyah" yang hidupnya hanya
untuk hawa nafsu, yang oleh bangsa Persia dan Romawi Kuno dianggap suatu bangsa
yang paling rendah derajatnya, bahkan lebih rendah dari "kambing dan
onta".
Maka berkat latihan dan pendidikan puasa yang diinjeksikan
Rasulullah saw, dengan sekejap berbalik menjadi bangsa yang bermoral, memanjat
ke alam kebesarannya, menjelma bangsa yang kuat jasmani dan rohaninya, memiliki
kemampuan menciptakan dasar ilmu pengetahuan. Mereka tidak lagi tercela dengan
sebutan kambing dan onta, namun berbalik menjadi bangsa yang berkuasa, malah
negeri Persia dan Romawi yang semula menghina mereka, jatuh di bawah
kekuasaannya.
Dengan tampuk kekuasaan yang diraihnya, sanggup pula
memberikan pimpinan, pendidikan, pengajaran nilai tamaddun yang sangat
bermanfaat bagi bangsa lain, yang sampai kini mengagumkan para pakar sejarah
dunia. Dalam buku "The Spirit of Islam" menyebutkan, (Under the inspiring
influences of the great Prophet who give them acot and nationality started from
soldiers into scholars." Dengan pengaruh pendidikan dari Nabi Muhammad saw
yang menghidupkan suatu sistem kenasionalan mendirikan tentara, sehingga
menjadi umat terpelajar dan intelek).
Mereka menyadari bahwa dengan berpuasa dapat menentukan
kelebihan derajat manusia dari pada hewan, yakni otak dan budinya. Tapi ada
manusia yang bersifat seperti binatang, yang tujuannya hanya "doyan
mangan" (makan melulu) dan memuaskan hawa nafsunya belaka, maka tak
mungkin mereka mencapai kemajuan, utamanya dibidang mental spiritual.
Sejarah bangsa bangsa, sebagaimana bangsa Babilonia,
Macedonia dan bangsa lain yang mampu meraup kemajuan, lantaran mereka banyak
mengurangi makan dan minum, meski dengan gizi yang seimbang. Mahatma Ghandi
dengan puasanya menjadi senjata ampuh untuk mengusir penjajah.
Kemajuan suatu bangsa yang hanya didasarkan atas ilmu
pengetahuan dan teknologi semata, tetapi menyangkal bahwa pendidikan ruhani
(budhi) adalah mampu menjurus ke arah kebenaran hakiki dan kejujuran, maka rasa
cinta terhadap sesama ataupun kepada makhluk di luar manusia dianggapnya tidak
menguntungkan, keadilan hanya terdapat pada golongan yang lebih kuat dan
berkuasa, penghargaan dan penghormatan hanya terdapat pada manusia yang
bergelar, setumpuk harta kekayaan, kedudukan dan yang menyandang pangkat
melulu.
Dari situ pulalah tercermin kemuliaan dan pujian yang nisbi
hanya ditujukan kepada yang berwenang, sebab dianggapnya paling terhormat,
walau cara berpikirnya hanya dituntut oleh rumus rumus kaku yang diperoleh dari
akal dan kecakapan alat pancaindera lahir yang memuja obyek kebendaan atau
kesenangan lahiriah, sedang budi dipandang kurang sesuai dengan intelektualnya,
bahkan tidak selaras dengan tuntunan rumus patokan dari bayangan tiga dimensi
atau tidak pas dengan logika ilmu bukti.
Paham yang bertalian dengan ilmu pengalaman di luar alam
benda "metafisika" intuisi, inspirasi ataupun ragam transenden yang
tak bertepi, dianggapnya hanya suatu "impian yang mustahil". Bahkan
dikatakan sebagai tahayul, nonsen atau sulapan, tidak terangkum oleh akal. Yang
dipercayanya hanya buah pikiran otak "verstand" dan harus bebas
leluasa, sedangkan mahkluk mahluk hidup yang bertebaran di jagat raya disangkalnya.
Buat menghindari sistem berpikir yang demikian ini,
sepatutnyalah disadari bahwa dalam setiap diri pribadi manusia, sebagaimana
diuraikan terdahulu, memiliki otak batin dan otak lahir "sensus interior
dan sensus exterior'' Dalam buku "uber deas Wewen and den Ursprung des
mensechen (hal.30) oleh Shoeseki Kaneko menyebutkan, "Die Volvermontft
bersthtaus zweizeinten, Namlich erzens aus den auf die obyekte welt bersogenen
Kentnissen". Budhi mempunyai dua fungsi, yang pertama, menerima daya daya
pikiran yang mengandung unsur ilmu pengetahuan lahir dan yang kedua, ialah ilmu
pengetahuan mutlak dasar hakikat kehidupan. Klik Selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar