SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 081315312002 # JADWAL: Training MSB Diselenggarakan kembali Minggu, 18 Januari 2015 di Hotel MIKI Jl Dewi Sri 78 Kuta Bali (Utara Central Parkir)Pkl 10.30-15.30 WITA. "Rahasia Aktivasi Otak Kedua".

Rabu, 10 Juli 2013

Disiplin Spiritual Moral

Puasa sebagai institusi disiplin spiritual moral dan fisik yang menerawang ke alam ilahiyat, adalah tujuan mulia mencapai tingkatan spiritual manusia yang paling tinggi. Kesempuranaan perjalanan ruhani puasa di bulan Ramadhan, adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai ditekankan dalam hadits:

"Barang siapa yang berpuasa dalam bulan Ramadan dengan percaya kepada Ku dan mencari keridhaan Ku ...


Kiranya ibadah puasa yang paling intens cenderung menumbuhkan kesadaran dekat kepada Tuhan dan hadirnya Allah. Dimana mana Allah senantiasa melihat hamba-hambaNya dalam segala tingkah laku pokal. Inilah yang menjadi tumpuan disiplin spiritual yang tinggi, kebangkitan jati diri dalam kehidupan spiritual pula.

Karena tubuh jasmani yang dimiliki otak dinamakan otak lahir, maka tubuh ruhani pun mempunyai otak batin. Ragawi disebut "badan kasar" dan tubuh ruhani dinamakan "badan halus". Untuk mengetahui susunan dan bagian bagian kasar, dibutuhkan acuan pendalaman ilmu Parasit, Anatomi, Biologi. Dengan perantara ilmu tersebut, akan diketahui gerak-gerik aku lahir dan aku batin, " sehingga disadari bahwa di dalam pusat badan halus terdapat bagian yang terpenting yang disebut otak batin atau Budi sebagaimana sabda Rasulullah SAW

"Dalam tuhuh manusia ada segumpal daging, kalau daging itu baik niscaya balk pula seluruh tubuh dan kalau ia jelek, maka jelek jua seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah Kalbu".

Yang dimaksud kalbu dalarn hadis ini adalah jantung lahir yang terletak di badan "kasar" yang harus dialirkan ke jantung ruhani badan "budi". Fungsi jantung jasmani memompakan darah keseluruh tubuh. Sedangkan fungsi jantung ruhani memompakan bion bion ke segenap penjuru tubuh rohani (badan halus).

Jantung lahir mempunyai otak, menverap obyek ke arah yang rill coorporil (nyata) berbentuk materi yang logis diraba pancaindera. Jika otak lahir menerima daya daya memancarkan sinar-sinar abstrak, yang kemudian diserap otak lahir, sehingga otak lahir akan diliputi daya daya (sinar) dari otak batin yang tidak selaras dengan getaran getarannya.

Proses penyerapan sinar yang diperoleh otak bathin inilah yang dinamakan "ilham" atau intuisi yang dibuahkan mereka yang berbudi dengan bias dan watak yang sempurna. Hal ini sesuai pula yang disebutkan dalam hadits tentang esensi puasa adalah nilai spiritual dan moral.

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan perbuatan yang palsu, Allah tidak memerlukan usahanya meninggalkan makan dan minumnya."

Agaknya hal ini pula merupakan perintah agama. Semisal orang yang melakukan shalat dan tidak memperhatikan arti hakiki dan tujuan shalat itu, maka ia akan terkutuk. Dalam memahami aspek ajaran Islam oleh Prof. Mukti Ali, juga dikemukakan segi etis dari puasa.

Dalam sebuah hadits dijelaskan sebagai berikut:

"Puasa adalah suatu tameng muka, orang yang berpuasa hendaknya jangan bicara kotor, atau melakukan pekerjaan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau pun memakinya, hendaknya ia berkata: saya sedang berpuasa".

Dalam pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, puasa akan kehilangan nilai, bukan hanya Iantaran orang makan dan minum, tetapi karena ia dusta, berkata kata kotor, menggunjing, melakukan perbuatan yang tidak baik dan tingkah laku yang tidak baik yang mengakibatkan dosa.

Maka jelaslah jikalau jantung Iahir menerima sinar dari jantung bathin (budi) akan baiklah semua tubuh karena dihiasi kesempurnaan dan keluhuran akhlak yang mulia. Itu pulalah yang dimaksud dengan Hadits Nabi yang mengajak manusia agar berbudi luhur dan terpuji, sehingga mampu menerima intuisi dari Allah Rabbul 'alamin. Sebab manusia yang berbudi mampu menangkap petunjuk Ilahi.

Intuisi adalah pikiran yang bersih yang diperoleh dari olah pikir yang ditingkatkan oleh alam Tuhan yang menjadikan manusia yang infra dan supra intelektual dan berabstraksi.

"Bertafakur hanya dapat dilakukan kalau kondisi lambung (perut) dalam kondisi kosong, yakni dalam menunaikan ibadah puasa yang sebaik baiknya tak ubahnya seperti yang disebutkan dalam hadits. Puasa diibaratkan sebagai pengampunan terhadap dosa.

Orang yang berpuasa beriman kepada Allah dan berusaha untuk memperoleh keridhaanNya dan mernpunyai maksud yang ikhlas. Rasanya hati ini benar benar suci, bersih dari dosa, melambung menuju alam malakut atau ke alam Tuhan.

Kenyataan ini merupakan tanggung jawab terhadap mereka yang menganggap puasa itu hanya mendidik manusia menahan lapar dan kelemahan jasmani. Anggapan itu tinlbul dari mereka yang hidupnya hanya mengutamakan "makan dan minum" saja.

Tentu hal ini akan terasa naif, jika sekali tempo tidak mendapatkan makanan, lalu untuk mengisi perutnya akan merampas makanan apa saja tanpa peduli pemiliknya. Bahkan hewan yang lebih kecil dan lemah menjadl mangsa tanpa belas kasih, yang penting perutnya bisa kenyang.

Justru karena itu, manusia yang punya daya pikir dan perasaan ini, hendaknya mampu dan menjaga serta memelihara dengan sebaik baiknya. Agama memberi tuntunan untuk membatasi hawa nafsu agar tidak bersifat atau bertabiat seperti binatang, sebagaimana Firman Allah SWT:

"Hendaknya kamu makan dan minum dan jangan melebihi batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai mereka yang melebihi batas" (Al- ?Araf: 31)

Seruan makan dan minum ini tentunya dari miliknya sendiri yang diperoleh secara halal. Ada suatu ungkapan "Kullu Wasyrabu" yang bermakna ia mennggunakan bukan miliknya sendiri milik rakyat atau milik negara. Tingkah laku semacam ini jelas serakah atau sifat "lawwahmah", egoisentris, bahkan dia nekat melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya sendiri. Na'udzubillahi min dzalik. Selanjutnya ......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar