Meditasi
membutuhkan banyak latihan, karena benar-benar tidak kudah untuk kecemasan itu.
Kecemasan
adalah bel alarm otak Anda, itu berdering ketika ada sesuatu yang salah dan
perlu perhatian anda. Kecuali dalam kasus OCD
sangat kami, kami memiliki sistem alarm rusak dan cenderung berbunyi meskipun
tidak ada yang salah. Dan lebih buruk lagi, tidak
akan tutup mulut. Mencoba untuk mengabaikan
kecemasan adalah sedikit seperti berdiri di jalur mobil dan tidak berkedip,
atau duduk di sebuah rumah yang terbakar. Hanya
dengan sedikit waktu dan latihan ini apakah Anda menyadari ada sebenarnya tidak
ada mobil meluncur ke arah Anda dan rumah Anda baik-baik saja. Tidak ada sihir untuk itu benar-benar ... yang
harus Anda lakukan adalah rileks dan tidak bereaksi dengan cara yang mungkin
untuk apa pun pikiran anda. Meditasilah yang dapat membenahi suatu keadaan gangguan
seperti pada kasus OCD.
Obsessive Compulsive Disorder
(OCD) merupakan salah satu bentuk kelainan kecemasan klinis yang ditandai
dengan adalanya perilaku obsesif (harus - tidak ada toleransi), yang berkaitan
dengan perilaku kompulsif (melakukan sesuatu dengan berulang-ulang). Perilaku
kompulsif ini bertujuan untuk menenangkan perilaku obsesifnya. Perilaku Obsesif
Kompulsif. Gejalanya berupa adanya dorongan untuk melakukan sesuatu secara
berulang, apabila dorongan itu tidak dituruti, maka timbullah perasan cemas
atau tidak tenang. Setiap penderita biasanya punya obsesi yang berbeda-beda,
diantaranya: Obsesi akan kebersihan, Takut terkena penyakit, Obsesi harus rapi,
Obsesi untuk bersuci dari najis, Mengulang-ulang wudlu dan salat karena merasa
batal, Memeriksa kunci pintu berulang-ulang, Mengecek kompor gas berkali-kali,
Obsesi akan penampilan sempurna dan sebagainya.
Hampir semua ahli sepakat bahwa
segala jenis anxiety disolder (gangguan kecemasan - termasuk di dalamnya: OCD)
berkaitan dengan kegagalan attachment (ikatan emosional yang kuat antara bayi
dan orang yang mengasuhnya). Attachment ini sangat dibutuhkan bayi si masa-masa
awal kehidupannya. Bila memiliki attachmeny dasar yang kokoh, maka bayi akan
merasa percaya diri karena merasa ada orang lain yang akan melindunginya.
Dalam kehidupan sehari-hari
banyak perilaku yang tampak seperti penderita OCD, misalnya ada orang yang
harus berkali-kali mengecek apakah sudah mengunci pintu dengan benar, atau ada
orang yang berkali-kali merapikan diri karena tidak ingin terlihat berantakan.
Namun sampai batas-batas tertentu, kondisi tersebut sebenarnya lebih tepat
disebut sebagai perfeksionisme (orang yang menuntut segala sesuatunya berjalan
dengan sempurna).
Perfeksionisme dari sudut pandang
psikologi, adalah suatu keyakinan pada diri individu bahwa kesempurnaan dapat
dan harus dicapai. Sedangkan dalam bentuk patologis (cenderung penyakit),
perfeksionisme adalah suatu keyakinan pada diri seseorang bahwa segala sesuatu
yang kurang sempurna tidak dapat diterima / tidak dapat ditoleransi.
Perfeksionisme umumnya berakar
dari pola asuh dalam keluarga yang cenderung otoritarian (orangtua memberikan
kontrol yang kuat dan tinggi pada anak-anaknya, bersamaan dengan cinta
bersyarat - artinya penghargaan dan cinta hanya akan diberikan jika anak
mengikuti keinginan orangtua). Pola yang demikian akan tertanam pada diri anak
hingga ia beranjak dewasa.
Kecenderungan perfeksionisme
berbeda dengan perilaku OCD, meski keduanya sama-sama mengandung unsur
kompulsif. Seseorang yang menderita OCD memiliki beberapa kecenderungan
(obsesinya disebabkan oleh kecemasan yang sulit diterima dengan akal sehat).
Terdapat banyak pikiran, dorongan, dan bayangan yang tidak berkaitan dengan
masalah nyata. Bagi penderita OCD, semua itu berusaha ditekan atau dihilangkan
dengan pikiran atau perilaku lain yang bersifat kompulsif.
Penderita OCD merasa sangat
terganggu dengan perilaku kompulsifnya, namun tidak berdaya untuk
menghindarinya. Beberapa tipe OCD:
Checkers
merupakan orang yang teropsesi
untuk selalu memeriksa. Penyebabnya adalah kecemasan yang irasional. Misalnya,
bila ia tidak mengecek berulang kali dia merasa bahaya mengintai setiap saat
dan bisa mencelakai diri dan sekelilingnya. Jika hal buruk tersebut terjadi,
maka ia menganggap dialah orang pertama yang harus disalahkan.
Washers and cleaners
Merupakan orang yang memiliki
ketakutan irasional terkontaminasi kuman, sehingga secara kompulsif akan
berusaha menghindarkan diri dari kontaminasi tersebut, misalnya selalu
membersihkan diri. Walaupun sudah berkali-kali mencuci, ia tidak kunjung merasa
aman. Pada beberapa kasus, tipe ini terjadi akibat trauma diperkosa (atau
diperlakukan tidak senonoh secara seksual), sehingga ia merasa dirinya terus
menerus kotor.
Orderers
Merupakan orang yang fokusnya
mengatur segala sesuatu agar tepat pada tempatnya. Mereka akan menjadi sangat
tertekan apabila benda-benda tersebut dipindahkan, dipegang, atau ditata dengan
orang lain.
Obsessionals
Merupakan orang yang memiliki
perasaan obsesif dan intruktif, bahkan terkadang menakutkan jika dirinya akan
mengakibatkan kemalangan atau kecelakaan.
Hoarders
Merupakan orang yang senang
mengumpulkan barang-barang yang tidak berharga
Penyakit Obsesif-Kompulsif
ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan
atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya
konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk
melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi.
Gangguan Obsesif-kompulsif
(Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu
mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak
diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat
mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan
obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu
didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan
perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
Penderita gangguan ini mungkin
telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul
secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan
tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
PENYEBAB:
Penyebabnya tidak diketahui.
Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik
kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian
obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan
perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif,
individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat
dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan
oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara
berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan
tersebut.
Penyebab Obsesif Kompulsif
adalah:
-
Genetik (Keturunan).
Mereka yang mempunyai anggota
keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD
(Obsesif Compulsive Disorder).
- Organik
Masalah organik seperti terjadi
masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor
bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan
ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
- Kepribadian
Mereka yang mempunyai kepribadian
obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki
kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan,
seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan
tidak mudah mengalah.
- Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu/lampau juga
mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan
menunjukkan gejala OCD.
- Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan
dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita
obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan
- Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini
biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya
hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
Gangguan obsesif-kompulsif erat
kaitan dengan depresi, atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala
penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan
depresi. Perilaku yang obsesif pada ibu depresi berusaha berkali-kali atau
berkeinginan untuk menyakiti bayinya.
INDIVIDU YANG BERISIKO
Individu yang beresiko mengalami
gangguan obsesif-kompulsif adalah;
- Individu yang mengalami
permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa
kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat
diperhitungkan)
-
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia
basalis dan singulum.
-
Individu yang memilki intensitas stres yang tinggi
-
Riwayat gangguan kecemasan
- Depresi
-
Individu yang mengalami gangguan seksual
GEJALA
Obsesi yang umum bisa berupa
kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.
Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang,
dengan maksud tertentu dan disengaja.
Sebagian besar ritual bisa
dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu
berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci. Ritual lainnya
merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang
untuk menghilangkan bahaya.
Penderita bisa terobsesi oleh
segala hal dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan
dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual
tersebut. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak
nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan
berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
Sebagian besar penderita
menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka
menyadari bahwa perliku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung
aneh.
Penyakit obsesif-kompulsif
berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan
kontak dengan kenyataan. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka
melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi. Sekitar sepertiga penderita
mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.
Gejala ditandai dengan
pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu
kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya.
Gejala utam obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria:
- Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut
disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya
sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun
tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
-
Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha
melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun
tidak berhasil.
-
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas
atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan
mengurangi stres yang dirasakannya.
- Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku)
sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap
harinya.
CIRI-CIRI OBSESIF KOMPULSIF
Simptom dari Obsesif Kompulsif
ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali
untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu
selanjutnya. Gejala utama obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
- Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut
disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya
sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun
tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
- Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh
individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut
sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
- Pikiran dan tindakan tersebut tidak
memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh
rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.
-
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara
terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.
-
Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita
dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan
mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan
dengan orang lain.
- Penderita merasa terdorong untuk melakukan
ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan
pengecekan dengan maksud tertentu.
BERBAGAI PERILAKU GANGGUAN YAN
SERING TERJADI :
-
Membersihkan atau mencuci tangan
- Memeriksa atau mengecek
-
Menyusun
- Mengkoleksi atau menimbun barang
-
Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
- Takut terkontaminasi penyakit/kuman
- Takut membahayakan orang lain
- Takut salah
- Takut dianggap tidak sopan
-
Perlu ketepatan atau simetri
- Bingung atau keraguan yang berlebihan.
- Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan
kesalahan pada urutan bilangan)
Individu yang mengalami gangguan
obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang
jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku kompulsif
sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul
secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan
obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan perilaku umum lainnya
seperti diatas.
individu yang terjerat dengan dua
macam pola dalam kejiwaannya yaitu obsessive dan compulsive. Obsessive artinya
"a persistent preoccupation with something/secara terus menerus pikirannya
memikirkan sesuatu dan atau perasaannya merasakan sesuatu yang ia tidak mampu
buang." Oleh sebab itu, biasanya individu tersebut juga terjerat dengan
dorongan yang tak terhindarkan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Yang kedua
ini disebut sebagai compulsive. Jadi kalau seorang individu menderita Obsessive
Compulsive Disorder artinya, individu tersebut merasakan adanya dorongan yang
begitu kuat untuk memikirkan sesuatu yang ia sendiri tak mau pikirkan dan
kemudian melakukan tingkah laku tertentu yang ia sendiri tidak kehendaki. Tapi
toh ia tidak mempunyai kekuatan untuk menolaknya.
Sebenarnya setiap orang
"pada bagian-bagian tertentu" menyimpang gejala OCD. Ada yang tak
dapat menghindarkan diri dari pikiran- pikiran porno sehingga setiap hari
melakukan masturbasi; ada yang setiap hari harus bangun jam 5.00 pagi dan
merasakan dorongan untuk harus membaca 1 pasal Alkitab sebelum melakukan
hal-hal yang lain; ada pula yang setiap kali mandi selalu harus menyabun bagian
tertentu dari tubuhnya sampai tiga kali supaya merasa betul-betul bersih; dan
ada yang setiap kali doa mesti mendoakan pokok-pokok tertentu (misalnya,
kesehatan dan sukses bagi anak-anaknya), atau kalau ia melanggar rutinitas
tersebut, ia merasa sangat bersalah. Di samping itu ada pula individu-individu
yang terganggu dengan munculnya pikiran-pikiran jahat. Setiap kali melihat
ibunya menuruni tangga, misalnya, selalu muncul pikiran ingin mendorong ibunya
supaya jatuh dan patah lehernya. Memang untuk pikiran-pikiran jahat tersebut,
hati nuraninya selalu menuduh, tetapi pikiran-pikiran tersebut setiap kali
muncul lagi.
Kasus-kasus OCD seringkali
menggejala dalam bentuk-bentuk tertentu. Misalnya, fokus kali ini, yaitu
individu yang terus menerus terjerat dengan fantasi yang tersembunyi dengan
pria-pria lain (teman lama, sekretaris, pembantu rumah tangga, dsb). Dalam
kasus seperti ini, setiap kali di rumah, individu tersebut cenderung
menunjukkan gejala kecemasan (anxiety), kegelisahan (restless), mudah
tersinggung (irritable), cari-cari kesalahan (Critical spirit), pikirannya
sulit diduga dan emosinya meledak-ledak (unpredictable dan explosive).
Dengan gejala-gejala 'lain"
ini seringkali orang akan berpikir kalau masalahnya bukan OCD tetapi masalah
watak, kepribadian, ketidakmatangan emosi, dan atau mungkin masalah komunikasi
dengan Suaminya. Padalah kalau ditelusuri benar-benar, kemungkinan besar
masalahnya adalah masalah Mild OCD. Meskipun ia bukan penderita gangguan OCD
yang serius, ia terjebak dengan pikiran fantasi tersembunyi yang ia nikmati.
Mungkin sebagai orang Beragama,
pada saat-saat tertentu, ia merasa berdosa dan ingin dibebaskan dari pikiran
tersebut. Setiap kali fantasi muncul lagi ia seolah-olah tidak berdaya
mematikannya, bahkan ia cenderung untuk terus mengembangkan dalam fantasi yang
sebenarnya ia nikmati. Sebagai contoh perhatikan kasus di bawah ini.
A adalah seorang suami dan ayah
dari tiga orang anak yang manis-manis. B (istri A) mengeluh merasa tertekan
hidup sebagai istri A, yang dirasakan sebagai laki-laki pemberang, sinis,
egois, diktator dan tak mempunyai perasaan. Rasanya, apa saja yang dilakukan B
selalu salah. Mula-mula B mengalah terus, tetapi lama kelamaan tidak tahan
juga. Memang B mengakui bahwa ia juga ada kelemahannya. Misalnya dalam mengatur
rumah tangga dan masak. Ia bukanlah seorang wanita yang terlatih dan berbakat
dalam kedua hal tersebut, tetapi paling tidak ia sudah berusaha. Ia merasa
bahwa ia juga berhak menuntut pengertian dari suaminya. Realitanya A sebagai
suami tak pernah menunjukkan itikad baiknya. Bahkan cenderung memakai setiap
"kekurangan B' sebagai alasan untuk dapat melampiaskan kemarahan dan
penghinaannya. Akhirnya B berani melawan dan ...mulailah mereka sering
bertengkar. Dari pertengkaran mulut yang biasa, mereka akhirnya terjebak ke
dalam sistim "setiap kali berkomunikasi selalu saling melukai."
Bahkan seringkali dalam pertengkaran mulut mereka saling melukai dengan
kata-kata yang sifatnya fatal, seperti misalnya "lebih baik cerai ...
karena antara kita sudah tidak ada cinta lagi." Pada suatu hari A
menemukan bahwa B ada hubungan dengan pria lain. Dalam kondisi yang sudah parah
itu B mengupayakan perceraian dengan A sebagai Pria beragama, A menolak usul
tersebut dengan alasan demi kepentingan anak-anak.
Setiap kali sendirian dirumah, B
selalu dalam obsesi memikirkan berbagai macam kemungkinan, cara, bahkan adegan
fantasi bermain cinta dan mendapat kepuasan seksuil dengan pria lain. Bagaimana
membujuk, meraba, mendapat response, mengajak pria tersebut masuk dalam
rumahnya yang kosong, lalu melakukan tingkah laku saling merangsang dan
memuaskan gairah seksuil mereka. Fantasi ini terus menerus muncul dan
dihidupkan oleh B karena dinikmati, sehingga dapat dikatakan ia adalah
penderita Mild OCD. Dalam hal fantasi ini saja, pikiran dan perasaan B
obsessive dan hanya dalam fantasi seksuil saja tindakan B compulsive.
Dari kasus ini nyatalah bahwa
masalah OCD bisa menggejala dalam bentuk-bentuk yang lain. Kalau hubungan dan
komunikasi antara A dan B memburuk bahkan kemudian mereka bercerai, maka
penyebab utamanya adalah OCD yang menyebabkan B begitu lemah dalam adaptasi
dengan Suaminya sendiri. Bahkan perasaan
dan pikiran fantasinya telah menyebabkan dirinya menjadi alergi, bosan, muak,
dan kehilangan gairah sama sekali dengan Suaminya.
Coba bayangkan kasus seperti ini
diperhadapmukakan kepada anda oleh karena anda teman dari A. Bagaimana kita
dapat menolong A dan menyelamatkan pernikahannya?
Beri pengertian bahwa
"sebelum kenal kemudian menikah dengan A" B sudah mempunyai masalah
yang sama.
Mungkin benar kelemahan-kelemahan
A adalah faktor pencetus (precipitating factors) dari hidupnya watak-watak
buruk B yang sinis, egois, dan pemberang. Tetapi faktor pencetus bukanlah
faktor penyebab (predisposing factors). Sebelum ada faktor pencetus, B sudah
mempunyai masalah pada dirinya sendiri. Sehingga A perlu belajar memahami dan
menafsirkan setiap tingkah laku B terhadap dirinya dari kacamata dan perspektif
yang benar. A tidak perlu mengembangkan perasaan bersalah yang tidak
semestinya, kecuali memang B melakukan kesalahan-kesalahan sengaja dan disadari
di luar kekurangan-kekurangan pribadinya yang dibawanya dari kecil. Kalau
memang demikian, A harus memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut, meminta maaf
kepada B, dan mulailah kehidupan yang baru yang diturunkan oleh hati nurani
yang bersih dan tulus. Tetapi kalau tidak demikian, mengapa A harus
mempersalahkan dirinya sendiri (self-blaming)?
Masalah B adalah masalah B. A
hanyalah objek proyeksi perasaan bersalah dari B. Oleh sebab itu A tak perlu
menafsirkan kata-kata dan sikap buruk B terhadap dirinya sebagai sikap dan
kata-kata yang memang secara khusus ditujukan pada dirinya (don't take it
personally and seriously). Oleh sebab itu tolonglah B untuk memahami realita
ini, sehingga sikap dan tingkah-lakunya tak terjebak pada perasaan dan
pikirannya sendiri.
Belajar memisahkan antara
persoalan dengan hati nurani.
Sebagian besar manusia (mungkin
kecuali yang mempunyai kepribadian anti-sosial) mempunyai hati nurani yang
hidup yang tuntutannya dapat dipercaya karena memiliki kebenaran "yang
universal." Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sebagian besar kesalahan
yang manusia perbuat, mereka perbuat bukan oleh karena mereka jahat tetapi oleh
karena mereka terjerat dengan berbagai struktur jiwa yang kurang sehat.
Sehingga sebelum hati nurani sempat berperan, perasaan, pikiran, dan sikap
sudah memanifestasikan diri sesuai dengan tuntutan instingnya. Inilah yang
mungkin terjadi dalam kehidupan B. Sebelum hati nurani berperan, perasaan dan
pikirannya sudah terjebak dengan fantasi seksuilnya. Sebagai penderitaan Mild
OCD, kemungkinan besar hari nurani B masih sangat hidup. Yang terjadi hanyalah,
tendensi Obsessive Compulsive-nya yang muncul lebih cepat dengan kekuatan yang
jauh lebih besar, sehingga B terus mengulang kesalahan yang sama. Suara hati
nurani ditekan masuk dalam alam subconscious. Hati nurani tersebut masih hidup
karena eksistensinya disadari pada saat B merasa bersalah.
Inilah yang harus diketahui dan
benar-benar dipahami oleh A. Sehingga langkah-langkah penyelesaian tidak
diracuni oleh perasaan dan pikirannya sendiri yang kemungkinan besar menurut
keadilan sesuai dengan standar keadilan yang berlaku umum seolah-olah B melakukan
kesalahannya dengan sengaja dan dalam kontrol diri sepenuhnya. A perlu
betul-betul waspada karena kemungkinan besar ia akan mengutamakan tuntutan
haknya sendiri dan bukan penyelesaian persoalan dengan natur persoalan
tersebut. Ia harus ditolong untuk berani berperan sebagai penolong bagi
suaminya, yaitu dengan menghidupkan dan memberi peluang bagi hati nurani A
untuk berperan. Caranya, berbuat baik selalu padanya. Jangan balas
"kejahatannya" dengan kejahatan. Cobalah untuk sabar dan layani dia
dengan lemah lembut sambil doakan dia terus-menerus. Waspadalah dan jangan
layani "suara iblis" yang berbisik mengatakan, "mengapa kamu
yang harus mengalah ... apa gunanya perbuatan baik dan pelayananmu untuk
manusia yang tak berperasaan itu... sampai kapan kamu akan menyia- nyiakan
hidupmu...?"
Mintalah pimpinan, bijaksana, dan
waktu yang tepat dari Tuhan untuk dapat membawa A ke seorang konselor yang
tepat karena untuk penyelesaian akar masalah OCD-nya, ia membutuhkan bantuan
seorang therapist.
Masalah OCD adalah masalah yang
cukup kompleks. Banyak keluarga dan individu yang menderita karena kehadiran
masalah ini dalam kehidupan orang yang mereka kasihi. Meskipun demikian sebagai
orang-orang Beragama kita percaya bahwa apapun dan bagaimana keadaan dan
kondisi jiwanya, ia adalah orang yang seharusnya kita kasihi. Ikatan pernikahan
dan keluarga adalah ikatan yang "diikatkan atau dipersatukan" oleh
Allah. Dan sesuatu yang "Tuhan telah ijinkan menjadi bagian hidup
kita" pasti mempunyai makna dan kebaikan bagi orang-orang percaya. Allah
telah berfirman, "Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada padaku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.
Ciri-ciri umum :
1. Orang OCD menderita karena ada
suatu gangguan dari suatu obsesi atau kompulsi yang menetap. Obsesi atau
kompulsi adalah suatu hal (ide maupun aktivitas) yang mengganggu, menyita waktu
dan terjadi berulang-ulang dalam kegiatan sehari-hari.
2. Obsesi mengacu pada pikiran,
perasaan, ide, imaji atau impuls yang menyerang kesadarn seseorang. Obsesi
adalah suatu bentuk gangguan yang bersifat absurd dan irasional dan berbeda
dengan rasa kuatir pada umumnya akibat adanya masalah yang nyata.
3. Meskipun demikian biasanya
orang merasakan obsesi sebagai sesuatu yang tidak masuk diakal, namun meereka
mengalami suatu rasa cemas yang dahsyat. Untuk mengatasi kecemasannya tersebut
mereka melakukan aktivitas yang bersifat ritualistik atau tindakan mental yang
berulang. Kegiatan ini dikenal sebagai kompulsi.
4. Sebagian besar orang dengan
OCD mencoba bertahan dengan sikap kompulsinya meskipun kelihat bodoh dan
menggelikan atau tidak berhubungan dengan suatu upaya untuk mencegahnya.
Sekalipun demikian orang yang menderita OCD melalui kegiatan kompulsinya merasa
mamupu mengatasi kecemasan atau minimal menguranginya.
Gejala OCD yang dapat diamati :
1. Obsesi meliputi pikiran
tentang adanya kontaminasi/keracunan, merasa digagahi, kecelakaan atau
kehilangan sehingga mereka butuh upaya untuk mengatasinya.
2. Kompulsi biasanya terdiri dari
3 kegiatan yaitu mencuci, menghitung dan memeriksa. Mencuci dilakukan secara
berulang-ulang karena merasa terkontaminasi oleh kuman atau racun tertentu.
Menghitung berulang-ulang dilakukan terhadap suatu objek, frekuensi atau
menghitung jumlah suatu kegiatan. Memeriksa berulang-ulang seperti memeriksa
pintu apakah sudah terkunci, jendela, ban mobil, untuk mengetahui apakah
sesuatu sudah aman. Hal ini dilakukan karena merasa mengalami kecemasan akibat
kelupaan untuk melakukan sesuatu yang dapat berdampak merugikan atau berbahaya
bagi dirinya.
3. Kompulsi lainnya dapat terlihat
dalam bentuk berdoa yang berlebihan, meraba, memakai suatu atribut pakaian
tertentu, melakukan hal-hal lain yang tidak biasanya seperti mengumpulkan suatu
benda tertentu dan berbagai variasi dari kegiatan ritual yang tidak biasanya.
Kegiatan ini kadang-kadang bercampur dengan perilaku yang dianggap sebagai
“tahyul.”
4. Sebagian penderita depresi
mengalami OCD pula.
5. Memiliki kepedulian tinggi
terhadap diri, sebagian besar penderita OCD tidak menampilkan perilaku kompulsi
sebelum adanya serangan penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar