Setiap orang pasti pernah punya pengalaman traumatis,
seperti ditinggal oleh orang yang dicintai, menderita penyakit serius,
perceraian, kecelakaan, pelecehan, dipermalukan, melihat kejadian
mengerikan dan sebagainya.
Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau mengalami "guncangan perasaan" yang membuat kita tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari. Tetapi biasanya guncangan perasaan itu akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal kembali.
Contoh kasus trauma yang hilang dengan sendirinya, misalnya Anda mengalami kecelakaan mobil. Mungkin Anda menjadi takut menyetir atau sangat berhati-hati saat menyetir. Namun setelah beberapa minggu berlalu, Anda sudah kebut-kebutan di jalan lagi. Inilah trauma sementara yang sering kita alami.
Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau mengalami "guncangan perasaan" yang membuat kita tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari. Tetapi biasanya guncangan perasaan itu akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal kembali.
Contoh kasus trauma yang hilang dengan sendirinya, misalnya Anda mengalami kecelakaan mobil. Mungkin Anda menjadi takut menyetir atau sangat berhati-hati saat menyetir. Namun setelah beberapa minggu berlalu, Anda sudah kebut-kebutan di jalan lagi. Inilah trauma sementara yang sering kita alami.
Namun bagi beberapa orang, "guncangan mental" itu tidak pernah
berlalu. Selalu dihantui oleh perasaan mencekam dan hidup tidak pernah
tenang, seolah kejadian traumatis terus menerus terjadi. Seseorang yang
merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) atau disebut oleh orang awam sebagai "trauma", sebuah gangguan
psikologis yang menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan kedamaian.
Seseorang mengembangkan trauma adalah akibat respon terhadap sebuah
kejadian yang mengerikan, baik yang dialami sendiri atau dialami orang
lain yang disaksikan. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang
merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya
menghadapinya. Tidak semua orang yang mendapat pengalaman traumatis akan
mengembangkan trauma. Hanya sekitar 20% saja yang mengembangkan trauma.
Gejala trauma dibagi menjadi empat kategori. Seseorang yang mendapat
pengalaman traumatis akan memperlihatkan beberapa gejala dan
kombinasinya. Gejala-gejala yaitu:
*Memutar kembali peristiwa traumatis seperti.
Seseorang yang mengalami trauma sering merasa peristiwanya terulang
kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali
peristiwa. Orang ini mungkin mempunyai gambaran mental di kepalanya
tentang trauma, mengalami mimpi buruk, atau bahkan mungkin mengalami
halusinasi tentang trauma. Gejala ini sering menyebabkan seseorang
kehilangan ”saat sekarang” dan bereaksi seolah-olah mereka mengalaminya
seperti awal trauma terjadi. Contoh, beberapa tahun kemudian seorang
anak akibat penganiayaan mungkin akan bersembunyi gemetaran di closet
bila merasa ketakutan, meskipun ketakutan itu tidak berhubungan dengan
penganiayaan.
*Penghindaran. Seseorang
yang mengalami trauma berusaha untuk menghindari segala sesuatu yang
mengingatkan mereka kembali pada kejadian traumatis. Mereka mungkin akan
menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan,
termasuk juga bersikap dingin untuk menghindari rasa sakit, perasaan
yang berlebihan. Membekukan pikiran dan perasaan akibat trauma disebut
juga ”disasociation” dan merupakan karakteristik trauma.
*Pelampiasan. Seseorang
yang menderita trauma kadang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau
alkohol atau rokok untuk menghindari ingatan-ingatan dan perasaan yang
berhubungan dengan trauma. Dengan mengkonsumsi obat-obatan penenang atau
alkohol atau rokok memang mereka dapat merasa tenang, tetapi hal itu
sifatnya hanya sementara.
*Pemicu. Gejala-gejala
pemicu psikologis dan fisiologis sangat berbeda-beda pada orang-orang
dengan trauma. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah
tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti
insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat terus menerus waspada
dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan trauma akan
mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan sakit
di bagian dada.
*Perasaan bersalah. Sering
seseorang merasa bersalah tentang apa yang telah terjadi dan mereka
salah meyakini bahwa mereka pantas untuk disalahkan atau pantas
mendapatkan hukuman.
Setiap orang dapat mengembangkan trauma, tidak peduli dia laki,
perempuan, anak-anak, tua dan muda. Korban trauma yang berhubungan
dengan serangan fisik dan seksual menghadapi resiko yang besar
berkembang menjadi trauma. Wanita dua kali lebih besar mengembangkan
trauma dari pada laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena fakta
bahwa wanita lebih emosional dibanding pria. Peristiwa yang berpotensi
menyebabkan trauma antara lain:
*Menyaksikan sebuah peristiwa kekerasan atau mengerikan, atau berulang-ulang menghadapi situasi yang mengerikan.
*Kekerasan dalam rumah tangga atau pasangan intim
*Perkosaan atau pelecehan seksual
*Serangan tiba-tiba atau pembajakan
*Perlakuan kekerasan di tempat umum, di sekolah, atau di tempat kerja.
*Kecelakaan mobil atau kebakaran
*Bencana alam, seperti gempa bumi
*Kejadian kecelakaan besar, seperti kecelakaan pesawat terbang atau serangan teroris
*Bencana yang disebabkan oleh kesalahan manusia, seperti kecelakaan industri.
*Veteran perang atau korban perang sipil.
*Kematian mendadak salah satu anggota keluarga atau orang yang dicintai.
*Orang yang ditinggal atau dihianati oleh orang dekat.
*Dan lain-lain.
Kadang seseorang yang menderita trauma tidak tahu bahwa trauma yang
dialami tersebut dapat disembuhkan, atau tidak tahu harus kemana untuk
mendapatkan pertolongan. Banyak jenis terapi yang bisa ditempuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar