Firman Allah SWT dalam surat Al-Hajj 46
"Apakah mereka tidak menjelajah di bumi, padahal mereka
mempunyai mata hati (otak batin) atau telinga (alat pendengar batin) yang mampu
mendengarkan, maka sesungguhnya tidaklah buta alat pancaindera lahirnya akan
tetapi buta pancaindera batinnya. "
Ayat ini menyinggung mereka yang tidak memperdulikan badan
halusnya yang mempunyai pancaindera batin, tanpa dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Otak batin akan melebihi kecakapan dengan daya daya tembus luar
biasa. Sehingga bisa ditingkatkan ke alam yang abstrak yang memancarkan daya
dayanya menuju ke alam 'Tuhan - alam wahdaniyah'.
Otak batin hanya dapat dipancarkan daya tembusnya dengan
jalan tafakkur "creatifermegen", meditasi dan perenungan yang hakiki.
Meditasi yang demikian ini dapat dilakukan dengan teratur dan tertib, latihan
yang sungguh-sungguh, apabila seluruh alat pencernaan dapat beristirahat dengan
sebaik baiknya manakala melakukan puasa di siang hari.
Dengan menunaikan ibadah puasa, maka daya pikir akan
menerima pancaran daya yang dialirkan oleh "budhi", sehingga
terjadilah perpaduan yang harnionis antara daya otak lahir akan luluh sifatnya
yang semula menjadi sentral nafsu nafsu, menjadi pikiran yang bersih dan murni
yang disebut "religius instink" atau mutmainnah.
Menurut hukum kekekalan daya "Behound wet der
energie", tidak ada daya yang hllang lenyap tanpa berubah menjadi daya
lain. Semisal, elektron yang kehilangan sifatnya sebagai elektron akan berubah
menjadi sinar atau gelombang aether. Proses ini dinamakan "radio
aktivitet". Daya yang dapat meruntuhkan elektron menjadi aether dapat
dinamakan daya radio aktif
Demikian juga daya otak lahir yang berpadu dengan daya otak
batin, akan berubah menjadi daya lain yang disebut "badan budi" yang
disebut juga "De Gesstelijke kracht". Maka otak lahir yang semula
berada di bawah pengaruh nafsu egosentris setelah perpaduan itu berubah
sifatnya menjadi suci yang selalu mengandung ajakan untuk kebajikan, etis dan
berkeadilan. Nafu egois ini berubah menjadi ikhlas.
Hasil bekerja otak yang demikian menjelmakan pikiran yang
murni dan asli yang mengandung rasa perikemanusiaan yang dalam. Dan hasil
pemikiran yang demikian akan mampu menghasilkan teori teori baru, menciptakan
pendapat baru yang bermanfaat bagi seluruh umat mengenal kenyataan yang tidak
diketahui oleh orang lain, mengetahui sesuatu tanpa analisa "empiris
realitas", disebabkan dalam cara berpikinya di dorong oleh pancaran yang
dapat ditingkatkan ke arah kenyataan yang mutlak "het transendental".
Dengan uralan ini dapat disadari betapa faedah dan hikmah
puasa bagi kecerdasan otak dan kecakapan berfikir. Sekiranya umat Islam zaman
ini dalam melakukan ibadah puasanya benar benar mencontoh jejak puasa Nabi dan
para sahabat, yang dengan hasil puasanya mereka menjadi ahli pikir dan berhasil
membina suatu negara yang demokratis yang belum pernah dicapai oleh
bangsa-bangsa sebelum mereka.
Maka, umat Islam di zaman ini sedikitnya setahun sekali
dengan ibadah puasanya akan berhasil menjelmakan ahli-ahli pikir yang infra
dari supra intelektual, seniman yang genius, sastrawan dan pujangga yang mampu
membentuk pembaharuan di bidangnya masing masing dan merubah rona dunia
masyarakat orde baru dalam segala bidang pembangunan material dan spiritual
sesuai dengan program Pemerintah yang terus kita laksanakan. Dalam hal ini Umat
Islam berperan sebagai tenaga penggerak "driving force". Selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar