SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 081315312002 # JADWAL: Training MSB Diselenggarakan kembali Minggu, 18 Januari 2015 di Hotel MIKI Jl Dewi Sri 78 Kuta Bali (Utara Central Parkir)Pkl 10.30-15.30 WITA. "Rahasia Aktivasi Otak Kedua".

Rabu, 10 Juli 2013

Puasa Menyerap Ilmu

Tentang daya kerja sel sel dengan segala akibatnya yang diderita, dalam alam kehidupan manusia, lantaran perutnya (lambung) senantiasa dipenuhi makanan yang tak selaras dengan kemampuan ragawi. Dan sebaliknya, perut atau lambung yang tak selamanya dipenuhi makanan, maka sel sel dalam tubuh tak bakal menjadi lembab, bahkan terasa panas (suhu yang sehat) yang memacu kerja urat syaraf bertambah giat dan cepat yang menimbulkan daya tarik yang kuat pula. Sel sel yang menjadi panas akan menimbulkan pergeseran yang menumbuhkan daya tolak tarik "magnetische kracht" mempunyai aliran yang dinamakan tenaga listrik" yang berasal dari benda mati (materi) bisa dimanfaatkan di bidang teknik, sanggup menggerakkan atau mengangkat benda dan sebagainya. Semisal sebuah semprong lampu kalau digosok dengan secarik kain sutra atau woll maka ia mempunyai daya tarik (magnetik)


Daya tarik yang ditimbulkan sel sel tersebut, bukan seperti tenaga listrik teknik yang bisa kita lihat dengan pancaindera, melainkan tenaga listrik halus yang diterima oleh otak berupa sinar dan langsung dialirkan kearah budhi "Budhis lichaam". Sinar inilah yang dinamakan sinar bathin "Unvending licht atau Hat subjective licht".

Hakiki urat syaraf otak yang mengandung daya tarik listrik tadi akan menjelmakan daya nalar pikir yang memiliki kemampuan menangkap sesuatu yang ada di luar jangkauan akalnya dan lebih meyakinkan lagi mampu membuka tirai yang menutupi sesuatu persoalan atau peristiwa yang pada galibnya dipandang sulit dan pelik.

Kiranya manusia yang memiliki kadar cara berpikir berkualitas inilah yang sanggup menghadapi segala kendala dan memecahkan setiap persoalan tanpa merasa letih nalar otaknya, dan cenderung rasa cintanya terhadap segala macam ilmu pengetahuan. Seperti tak puas puasnya mereguk ilmu. Seperti ungkapan Rasul "Carilah ilmu mulai dari buaian hingga keliang lahat "

Nilai nilai pikiran yang demikian inilah yang bisa dimiliki oleh mereka yang lambungnya tidak selalu dipenuhi makanan atau dengan kata lain mereka yang menunaikan puasa yang dituntut oleh syara. Pada umumnya melahirkan para ulama, kyai ataupun cendekiawan muslim yang mumpuni serta tokoh tokoh bibit unggul yang dibanggakan.

Inilah bukti yang dipraktekkan Rasulullah saw, mendidik umatnya dengan berpuasa, mensucikan jiwa, menatap renung keheningan hati, satu satunya menelusuri jati diri, meski berawal dari bangsa Arab yang kala itu dikenal dalam sejarah sebagai bangsa "Jahiliyah" yang hidupnya hanya untuk hawa nafsu, yang oleh bangsa Persia dan Romawi Kuno dianggap suatu bangsa yang paling rendah derajatnya, bahkan lebih rendah dari "kambing dan onta".

Maka berkat latihan dan pendidikan puasa yang diinjeksikan Rasulullah saw, dengan sekejap berbalik menjadi bangsa yang bermoral, memanjat ke alam kebesarannya, menjelma bangsa yang kuat jasmani dan rohaninya, memiliki kemampuan menciptakan dasar ilmu pengetahuan. Mereka tidak lagi tercela dengan sebutan kambing dan onta, namun berbalik menjadi bangsa yang berkuasa, malah negeri Persia dan Romawi yang semula menghina mereka, jatuh di bawah kekuasaannya.

Dengan tampuk kekuasaan yang diraihnya, sanggup pula memberikan pimpinan, pendidikan, pengajaran nilai tamaddun yang sangat bermanfaat bagi bangsa lain, yang sampai kini mengagumkan para pakar sejarah dunia. Dalam buku "The Spirit of Islam" menyebutkan, (Under the inspiring influences of the great Prophet who give them acot and nationality started from soldiers into scholars." Dengan pengaruh pendidikan dari Nabi Muhammad saw yang menghidupkan suatu sistem kenasionalan mendirikan tentara, sehingga menjadi umat terpelajar dan intelek).

Mereka menyadari bahwa dengan berpuasa dapat menentukan kelebihan derajat manusia dari pada hewan, yakni otak dan budinya. Tapi ada manusia yang bersifat seperti binatang, yang tujuannya hanya "doyan mangan" (makan melulu) dan memuaskan hawa nafsunya belaka, maka tak mungkin mereka mencapai kemajuan, utamanya dibidang mental spiritual.

Sejarah bangsa bangsa, sebagaimana bangsa Babilonia, Macedonia dan bangsa lain yang mampu meraup kemajuan, lantaran mereka banyak mengurangi makan dan minum, meski dengan gizi yang seimbang. Mahatma Ghandi dengan puasanya menjadi senjata ampuh untuk mengusir penjajah.

Kemajuan suatu bangsa yang hanya didasarkan atas ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tetapi menyangkal bahwa pendidikan ruhani (budhi) adalah mampu menjurus ke arah kebenaran hakiki dan kejujuran, maka rasa cinta terhadap sesama ataupun kepada makhluk di luar manusia dianggapnya tidak menguntungkan, keadilan hanya terdapat pada golongan yang lebih kuat dan berkuasa, penghargaan dan penghormatan hanya terdapat pada manusia yang bergelar, setumpuk harta kekayaan, kedudukan dan yang menyandang pangkat melulu.

Dari situ pulalah tercermin kemuliaan dan pujian yang nisbi hanya ditujukan kepada yang berwenang, sebab dianggapnya paling terhormat, walau cara berpikirnya hanya dituntut oleh rumus rumus kaku yang diperoleh dari akal dan kecakapan alat pancaindera lahir yang memuja obyek kebendaan atau kesenangan lahiriah, sedang budi dipandang kurang sesuai dengan intelektualnya, bahkan tidak selaras dengan tuntunan rumus patokan dari bayangan tiga dimensi atau tidak pas dengan logika ilmu bukti.

Paham yang bertalian dengan ilmu pengalaman di luar alam benda "metafisika" intuisi, inspirasi ataupun ragam transenden yang tak bertepi, dianggapnya hanya suatu "impian yang mustahil". Bahkan dikatakan sebagai tahayul, nonsen atau sulapan, tidak terangkum oleh akal. Yang dipercayanya hanya buah pikiran otak "verstand" dan harus bebas leluasa, sedangkan mahkluk mahluk hidup yang bertebaran di jagat raya disangkalnya.

Buat menghindari sistem berpikir yang demikian ini, sepatutnyalah disadari bahwa dalam setiap diri pribadi manusia, sebagaimana diuraikan terdahulu, memiliki otak batin dan otak lahir "sensus interior dan sensus exterior'' Dalam buku "uber deas Wewen and den Ursprung des mensechen (hal.30) oleh Shoeseki Kaneko menyebutkan, "Die Volvermontft bersthtaus zweizeinten, Namlich erzens aus den auf die obyekte welt bersogenen Kentnissen". Budhi mempunyai dua fungsi, yang pertama, menerima daya daya pikiran yang mengandung unsur ilmu pengetahuan lahir dan yang kedua, ialah ilmu pengetahuan mutlak dasar hakikat kehidupan. Klik Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar