SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 081315312002 # JADWAL: Training MSB Diselenggarakan kembali Minggu, 18 Januari 2015 di Hotel MIKI Jl Dewi Sri 78 Kuta Bali (Utara Central Parkir)Pkl 10.30-15.30 WITA. "Rahasia Aktivasi Otak Kedua".

Rabu, 10 Juli 2013

Puasa dan Psikosomatik

Sabda Nabi Muhammad saw.:
"Makan banyak adalah penyakit dan berpantang adalah pangkal semua obat. "

Untuk membuktikan kebenaran sabda Nabi tersebut, dibutuhkan penelitian dari cabang ilmu kesehatan misalnya, ilmu urai (Anatomi), ilmu pengobatan serta ilmu ilmu obat obatan, ilmu sebab-?sebab penyakit (Aetiologi). Ilmu asal datangnya penyakit (Pathogeni), ilmu ketentuan hilangnya penyakit (Prangnostik).


Sekali saja Nabi bersabda dibutuhkan penelitian dalam bermacam ilmu padahal beliau adalah orang awam tidak pernah belajar berguru. Namun setiap Sabda Nabi selalu menjadi pengasuh dan pendorong kepada umatnya agar memanjatkan pikiran ke arah ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena setiap ayat Al-Qur'an dan Sabda Nabi bila tanpa dianalisa segi ilmu pengetahuan, baik yang eksak ataupun yang abstrak tentu akan dijumpai kekaburan dan akan menyimpang dari tujuan hakiki

Sabda Nabi itu menerangkan bahwa makan banyak adalah penyakit atau dengan kata lain perut itu adalah sentral penyakit, yang pada saat tertentu harus diistirahatkan daripada makanan, yaitu dengan "berpuasa"

Kalau kita coba menganalisa Sabda Nabi tersebut maka dapat ditarik tiga kesimpulan. Pertama orang yang sedang berpuasa perutnya dalam keadaan kosong akan menyebabkan kosongnya zat zat makanan di dalam usus kecil. Oleh karena itu darah terpaksa menghisap zat zat yang basah dalam usus dan perut sebagai gantinya

Orang sang sering mengalami keadaan yang demikian pada umumnya mempunyai daya penglihatan tajam, gerak cepat serta memiliki kecakapan menganalisa persoalan dengan mudah.

Kedua, setelah zat zat yang basah yang siap dihisap oleh darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi kering dan panas, semisal dengan mesin kalau kehabisan air menjadi kering dan panas.

Orang yang dalam keadaan demikian biasanya rnempunyai sifat sederhana dalam segala hal, bertindak tegas dalam mengambil keputusan. tanpa sikap ragu ragu.

Ketiga, usus dan perut yang dalam keadaan kering tadi, maka lendir yang berada dalam usus dan perut akan menjadi hancur. Sebab lendir inilah yang menjadi sumber penyakit. Karena kalau lendir ini selalu bertambah banyak dalam perut dan usus akan menyebabkan timbulnya penyakit yang dinamakan "Muces zichten". Dan jika seseorang dihinggapi penyakit ini, maka keadaannya bersikap pasif, rendah, dan lemah daya berpikirnya serta lambat dalam segala galanya.

Muces ziehten ini banyak jenis dan macamnya antara lain menyebabkan lemahnya pencernaan, karena makanan di dalam perut tidak lekas hancur halus lantaran licin oleh banyaknya lendir tadi yang mengakibatkan kerja syaraf otak dan tubuh menjadi lamban dan lemah.

Lambatnya kerja serat syaraf otak menyebabkan pikiran menjadi tumpul, sukar sekali untuk berpikir dan menerima pelajaran, sedangkan tubuh jasmani selalu terasa berat, malas dan lemah.

Jika penyakit ini tidak segera diatasi, boleh jadi akan menimbulkan berbagai penyakit lain, misalnya penyakit yang dalam bahasa latin dinamai "psoriasis" yakni penyakit supak (schilfrende huild zichte), penyakit mati palsu dan lumpuh (verlamming). Pada akhirnya akan menimbulkan penyakit demam selama seminggu berturut turut tanpa panas. Akan tetapi sesudah timbul panas yang bergelora dari perut naik ke otak sehingga meliputi seluruh tubuh dan pada umumnya membawa rnaut.

Demikianlah bahayanya penyakit yang disebabkan perut yang selalu kebanjiran makanan, bukan saja terhadap tubuh jasmani tetapi juga akan menimbulkan perubahan tabiat yang tidak baik.

Untuk menghindari timbulnya penyakit ini tidak ada lain, kecuali dengan pada suatu saat perut harus beristirahat atau dengan kata lain puasa. agar supava lendir dalam usus dan perut menjadi hancur. Maka dengan melakukan puasa, tubuh jasmani dan tabiat akan menjadi sehat. NALAR PIKIR


Tidak ada komentar:

Posting Komentar