Dr. Michio Kaku,
profesor fisika teori pada City University di New York memiliki
penjelasan ikan gurame terhadap hiperspasial. Michio Kaku lulus summa
cum laude dalam ilmu fisika dari Harvard pada tahun 1968 dan mendapatkan
doktornya dari Berkeley University tahun 1972. Buku teks untuk tingkat S3 karangannya menjadi bacaan wajib pada laboratorium fisika berbagai universitas.
Michio Kaku mengandaikan, jika seekor gurame dalam kolam menjadi ilmuwan dan dia mulai berteori tentang dunia langit di atas dunia air maka tentu saja si gurame ini akan dibilang gila. Namun ketika hujan turun akan ada lingkaran gelombang akibat tetes air yang bisa disaksikan dari dalam kolam, dunianya para gurame.
Michio Kaku mengandaikan, jika seekor gurame dalam kolam menjadi ilmuwan dan dia mulai berteori tentang dunia langit di atas dunia air maka tentu saja si gurame ini akan dibilang gila. Namun ketika hujan turun akan ada lingkaran gelombang akibat tetes air yang bisa disaksikan dari dalam kolam, dunianya para gurame.
Inilah
jalan untuk pembuktian teori dunia langit atau dimensi di luar dunia
yang mereka lihat itu. Dalam dunia manusia, menurut Dr. Michio Kaku,
sinar dan gravitasi merupakan lingkaran gelombang yang berasal dari
dimensi keempat yang bisa kita buktikan keberadaanya di dimensi kita.
Seperti
apa bentuk hiperspasial masih menjadi perdebatan para pemikirnya. Pada
tahun 1926 ahli matematika Swedia, Oskar Klein mengajukan jawaban
pragmatis. Menurut dia dimensi keempat ini bentuknya sangat kecil hingga
tidak terdeteksi oleh manusia. Gabungan unit keruangan seperti itu
disebut botol Kaluza-Klein dan menjadi dasar dari wacana mutakhir yang
disebut Teori Benang.
Bayangkan
seekor semut hidup di atas benang. Ia hanya akan mengetahui dunianya di
depan dan belakangnya saja. Jika melihat benang ini secara rinci maka
akan terlihat bagian benang yang menggulung. Di dalamnya terdapat ruang
yang tidak akan disadari oleh si semut. Ruang yang tergulung ini yang
disebut hiperspasial menurut Kaluza dan muridnya Klein.
Ruang
gulungan bertpa benang ini jika bergerak akan menghasilkan getaran yang
bisa dirasakan di seluruh ruang. Ini sama dengan dawai digetar dan
resonansi suara bergetar di seluruh ruang. Getar benang hiperspasial ini
adalah gravitasi dan gelombang elektromagnetik.
Kebalikan
dari ruang yang sangat kecil ini adalah ruang dimensi keempat yang
sangat besar. Ini seperti bertolak belakangnya upaya fisika untuk
menjelaskan fisika kuantum dan teori relativitas Einstein.
Kuantum berbicara tentang entitas yang makin mengecil, sedangkan teori
relativitas menjelaskan tentang sesuatu yang sangat besar, seperti
galaksi, kuasar, lubang hitam dan teori Ledakan Akbar.
Dalam
hiperspasial, para penghuni dimensi ketiga menjadi tidak sadar karena
besar dan bentuknya yang melengkung hingga yang disadari hanya bidang
datar di sekelilingnya saja. Ini sama seperti pandangan bahwa bumi itu
datar bukannya bulat. Biasanya lengkungan luar biasa besar ini yang
menjadi bahan cerita dalam kisah fiksi ilmiah. Ingat pergerakan Starship
Entreprise ke hyperspace dengan warp speed? Ini pengejewantahan teori
menjadi fiksi.
Fiksi atau ilmiah menjadi
dimensi yang tidak berbatas dengan jelas. Jules Verne berkisah tentang
kapal selam dan perjalanan ke bulan seratus tahun sebelum benda ini
berhasil diciptakan dunia ilmu pengetahuan. Einstein berbicara tentang lengkungan dalam ruang dan waktu yang menghasilkan gravitasi dan gelombang elektromagnetik dalam Teori Relativitas.
Dimensi keempat atau hiperspasial sekarang jadi wahana pakar fisika teori untuk menghasilkan rumus pamungkas yang bisa menjelaskan dari inti atom hingga terbentuknya alam raya. Rumus ini adalah teori tentang segalanya dan segalanya adalah penciptaan alam. Jika kita bisa keluar dari keterbatasan pandangan kita dan melihat dunia luar yang kerap kita sebut gaib, maka pertanyaan besar tentang kreasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar