SETELAH ruang ada lagi ruang. Panjang,
lebar dan tinggi, tiga dimensi yang membentuk ruang. Jika ditambah
dengan satu satuan lagi maka akan terbentuk dimensi keempat. Dimensi ” gaib ” ini dipercaya eksistensinya oleh para pakar teori fisika. Mereka menyebutnya hyperspace atau hiperspasial.
Ada juga yang menyebut dimensi keempat ini sebagai dimensi kelima. Ini karena waktu dianggap sebagai dimensi keempat dalam realita hidup ini. Namun waktu sejauh ini bersifat linier atau berada pada garis lurus yang tidak akan pernah kembali lagi. Waktu pun tidak membentuk ruang baru yang bisa ditempati oleh entitas yang memiliki dimensi (tiga saja tentunya).
Ada juga yang menyebut dimensi keempat ini sebagai dimensi kelima. Ini karena waktu dianggap sebagai dimensi keempat dalam realita hidup ini. Namun waktu sejauh ini bersifat linier atau berada pada garis lurus yang tidak akan pernah kembali lagi. Waktu pun tidak membentuk ruang baru yang bisa ditempati oleh entitas yang memiliki dimensi (tiga saja tentunya).
Hiperspasial ini sudah sejak abad 19 dibicarakan para
pemikir fisika. Baru pada abad 20 pendapat berbobot mengenai ini
dikemukakan oleh ahli matematika Prusia, Theodore Kaluza. Pada tahun
1919, Kaluza menyatakan kepada Albert Einstein
yang mengungkapkan bahwa seharusnya ada dimensi keempat. Ia memberi
alasan bahwa gravitasi dan radiasi gelombang elektromagnetik merupakan
manifestasi yang sama dari suatu entitas ke ruangan yang sama.
Bagi
masyarakat awam, lebih mudah mengadaptasi konsep gaib dibandingkan
teori fisika yang rumit. Kita hanya akan mengamini saja ”alam gaib”
dimensi keempat itu, cukup hanya percaya bahwa alam itu ada dan tidak
terlihat.
Para pemikir pun setuju bahwa dimensi keempat tidak
bisa dilihat oleh kita yang berada dalam tiga dimensi. Ini dijelaskan
mereka melalui pengandaian keberadaan kita dalam suatu dimensi. Jika
Anda adalah titik dalam suatu garis maka Anda hanya bisa bergerak dari
satu ujung garis ke ujung lainnya. Jadi kesadaran Anda mengatakan hanya
ada dua titik ekstrem dalam dunia Anda. Begitu pula jika Anda berada
dalam dunia dua dimensi, panjang dan lebar. Sebagai titik, Anda bisa
bergerak ke luar, ke daerah lebar dan dari sana Anda bisa melihat
dimensi pertama yakni garis panjang tadi.
Begitu pula jika berada
dalam tiga dimensi di mana terdapat panjang, lebar dan tinggi. Dari
dimensi itu suatu titik bisa bergerak ke berbagai arah dan mengamati
satu dimensi, dan juga dua dimensi serta menyadari adanya tiga dimensi.
Ia bisa melihat bentuk garis, bentuk bidang datar dan bentuk piramida
atau kubus. Ini seperti manusia berada dalam ruang dan melihat
benda-benda lain, serta bergerak untuk mendapatkan perspektif yang
berbeda.
Bagi para pakar teori fisika ini sudah bukti yang cukup.
Titik dalam garis yang hanya menyadari adanya dua ekstrem bukanlah
bukti bahwa batasan dunianya hanya garis saja. Titik dalam bidang datar
bukan berarti dunianya hanya panjang dan lebar. Begitu pula kita yang
berada dalam tiga dimensi, bukan berarti tidak ada dimensi keempat.
Itulah
mengapa gravitasi dan gelombang elektromagnetik, suatu entitas yang ada
dan bergerak di berbagai lokasi ruang, merupakan bukti. Sumber dan
sebab gravitasi dan gelombang elektromagnetik belum diketahui dalam
realita ruang tiga dimensi yang dikenal sekarang.
Titik
pengandaian kita tadi yang berada dalam tiga dimensi bisa bergerak ke
dalam dua dimensi dan ke dalam satu dimensi, titik kita itu bisa menjadi
bagian dari bidang datar atau dari garis lurus. Kita, manusia
yang berada dalam ruang tiga dimensi bisa merangkai diri menjadi garis
atau bidang datar. Jadi suatu entitas yang berada dalam empat dimensi
tentu bisa bergerak ke tiga dimensi, atau ke dimensi yang lebih rendah.
Itulah gelombang elektromagnetik dan gravitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar