SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 081315312002 # JADWAL: Training MSB Diselenggarakan kembali Minggu, 18 Januari 2015 di Hotel MIKI Jl Dewi Sri 78 Kuta Bali (Utara Central Parkir)Pkl 10.30-15.30 WITA. "Rahasia Aktivasi Otak Kedua".

Minggu, 07 Juli 2013

SDN Jember Lor 1 Tidak Sah dalam melakukan Test Psikologi

JEMBER. Pagi Tanggal 4 Juli 2013 yang lalu, Cukup banyak para Ibu yang sedih, menagis, kecewa setelah melihat hasil Test Seleksi masuk SD yang dipilihnya tidak diterima tanpa kejelasan dari hasil Test itu sendiri, seperti yang dialami oleh seorang Penulis Buku "Mendongkrak Kecerdasan dengan Stimulsi Otak", Bapak Rizki Joko Sukmono, SH yang sempat mengajukan protes atas kriteria tersebut dari Putranya yang bernama M. Ijaz Humayun (No. Test 134) yang juga tidak diterima test masuk SD Jember Lor 1.


Saat dikonfirmasi kepada Kepala Sekolah SD tersebut (Ibu Maria), menyatakan bahwa ini standart test psikologi yang menentukan dan tanpa KKN dalam penerimaan siswa Baru. Sementara Hasil Test yang ditunjukan menunjukkan Putra Bapak Rizki tersebut termasuk dalam kriteria yang "tidak disarankan" untuk masuk atau bersekolah di SDN Jember Lor 1, meski 3 orang kakaknya cukup menjadi siswa Prestasi di SD tersebut. Protes ini diajaukan karena faktor kelelahan anak menunggu test dan antrian tes dari pagi hingga siang harinya, yang menyatakan test ini kurang sah dan seharusnya saat pendaftar melebihi kuota dilakukan 2-3 hari pelaksanaan testnya.


Sementara meski demikian Hasil Test disekolah lain putranya diterima secara standart. Bulan September ini Bapak Rizki akan menatar 1200 Dosen dan Guru di Propinsi Bali yang bekerjasama dengan STIKOM Bali untuk membentuk Kecerdasan Anak. Maka ia berkomentar atas sistem penerimaan siswa baru tingkat SD. "meski sekolah memiliki kewenangan otonomi dalam manajemen, sebenarnya tingkat pendidikan SD pengetahuannya sebatas pada bermain. Seleksi masuk SD tidak boleh menggunakan tes apapun. Acuan yang digunakan adalah umur. Ini disebabkan awal SD memasuki masa-masa pengenalan terhadap lingkungan”.

Menurut Guru Besar UNY Prof. Suyanto, mengibaratkan sekolah yang menyeleksi penerimaan murid baru di SD melalui tes tulis maupun berhitung menganut aliran sesat dalam pendidikan. Penerimaan siswa baru di SD, ujar Suyanto, kuncinya terletak pada usia. Usia yang tepat anak masuk SD pada tujuh tahun. Jika pendaftar melebihi kuota, maka sekolah bisa melihat usia dari sisi bulan dan tanggal anak. Selain itu, jarak rumah dari sekolah wajib dipertimbangkan. ”Yang dipilih adalah anak sekolah yang paling dekat dengan rumah. Sedangkan bagi anak yang belum genap tujuh tahun, wajib disertai surat rekomendasi psikolog,” jelas mantan Direktur Jendral Pendidikan Dasar ini. Fokus pembelajaran di SD, harusya diajarkan bermain mengenal sekelilingnya, bermain mengenal sosialnya, atau bermain mengenal tubuh dan diri dalam konsep pengetahuan.Suyanto memahami, pemberlakukan sekolah menggunakan tes penerimaan SD didasarkan pada adanya sejumlah TK yang sudah memfokuskan pada belajar membaca dan menghitung. Hanya saja, subtansi yang diajarkan banyak mengarah pada permainan.

Rizki selaku Penulis Buku yang berkaitan dengan Kecerdasan anak juga tidak sepakat jika ada TK yang mulai mengajarkan membaca dan menghitung. Bila ada TK yang sudah mengajarkan baca tulis hitung, maka bukan otak besar yang berkembang, tapi batang otak. ”Bila batang otak membesar anak jadi suka memberontak dan suka tindakan ekstrem,” terangnya. Psikolog anak Rosita Yuniati mengatakan, usia anak masuk SD harus tepat. Meski anak memiliki kemampuan kognitif yang baik, secara psikologis anak tersebut belum siap. Bila dipaksa, maka dampaknya akan terlihat setelah beberapa tahun anak bersekolah. ”Yang terjadi ketika anak duduk di kelas 3 SD ataupun SMP mendadak tidak ingin sekolah lagi, disebabkan anak jenuh,” terangnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar