SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 081315312002 # JADWAL: Training MSB Diselenggarakan kembali Minggu, 18 Januari 2015 di Hotel MIKI Jl Dewi Sri 78 Kuta Bali (Utara Central Parkir)Pkl 10.30-15.30 WITA. "Rahasia Aktivasi Otak Kedua".

Minggu, 07 Juli 2013

Obsessive compulsive disorder (OCD)

Obsessive compulsive disorder ( OCD ) merupakan salah satu bentuk kelainan kecemasan klinis yang ditandai dengan adanya perilaku yang obsesif (perilaku yang cenderung harus dilakukan tanpa toleransi sedikitpun) yang berkaitan dengan sesuatu yang kompulsif (berulang-ulang). Perilaku kompulsif tersebut dilakukan untuk menenangkan perilaku obsesifnya.

Obsesi yang ada dalam penderita kelainan ini biasanya merupakan hal yang mengganggu dan tidak diinginkan. Hal tersebut membuat si penderita merasa sangat tidak nyaman dan sering dihantui kecemasan meskipun mereka sadar bahwa obsesinya terkadang berlebihan dan tidak logis.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak perilaku yang tampak seperti perilaku penderita OCD seperti mencuci tangan berulang-ulang, memeriksa perlengkapan berkali-kali, merapikan diri berkali-kali sebagainya. Akan tetapi dalam batas-batas tertentu hal-hal tersebut bisa mengacu pada perfeksionisme bukan OCD. Lalu apa yang membedakan keduanya?

Perfeksionisme secara psikologis dapat diartikan sebagai suatu keyakinan bahwa kesempurnaan dapat dan harus dicapai. Sedangkan secara patologis, seseorang yang perfeksionis akan menganggap segala sesuatu yang tidak sempurna tidak dapat diterima. Perfeksionis biasanya berkaitan dengan kerapian, kedisiplinan, ketepatan dalam bekerja dan sebagainya. Perfeksionis dapat muncul karena kesalahan pola asuh orangtua yaitu pola asuh autoritarian. Pola asuh ini merupakan pola asuh yang keras. Orangtua yang menggunakan pola asuh ini cenderung mempunyai harapan tinggi pada anaknya agar anaknya patuh dan tunduk pada aturan dan arahan orangtua serta menuntut anak untuk selalu menghormati usaha orangtuanya. Seperti apa kata pepatah yakni buah tak jatuh jauh dari pohonnya, anak yang menerima pola asuh ini bisa tumbuh sebagai seorang perfeksionis karena melihat apa yang telah dilakukan orangtuanya terhadap dirinya.

Lain halnya dengan penderita obsessive compulsive disorder. Obsessive compulsive disorder biasanya disebabkan oleh faktor genetik, organik (masalah pada neurologi di bagian-bagian otak tertentu), kepribadian, atau konflik jiwa.

Seseorang perfeksionis mengacu pada kerapian, akan tetapi penderita OCD terkadang justru membuat dirinya sendiri terperangkap dalam ketidakteraturan atau keberantakan yang ia buat sendiri karena perilaku obsesif yang ia lakukan berulang-ulang itu karena hal yang ia lakukan terkadang tidak ada kaitannya dengan hal-hal nyata dalam kehidupannya.

Ada beberapa tipe penderita objective compulsive disorder, antara lain:
- Checker (pemeriksa), yaitu orang yang terlalu khawatir karena keraguannya dalam mempersiapkan sesuatu sehingga hal itu membuatnya melakukan kegiatan pemeriksaan berkali-kali dan tak jarang justru memakan terlalu banyak waktu sehingga merugikan dirinya sendiri.
 - Washer/cleaner, yaitu orang yang terlalu mengkhawatirkan adanya kontaminasi dari benda-benda yang mereka sentuh sehingga mereka melakukan kegiatan mencuci atau membersihkan sesuatu berulang-ulang.
- Orderers, yaitu orang yang khawatir apabila ia tidak meletakkan sesuatu sesuai dengan tempat yang ada dipikirannya, tidak peduli apakah itu hanya satu jengkal perbedaannya karena mengkhawatirkan hal buruk akan terjadi apabila ia tidak melakukannya. Selain itu, orderers kerap kali akan merasa sangat tertekan apabila benda yang menurutnya telah tepat pada tempatnya secara disengaja maupun tidak disentuh, digeser atau dipindah oleh orang lain.
- Obsessionals, yaitu orang yang memiliki perasaan obsesif dan instruktif dan kadang merasa takut karena merasa dirinya dapat mengakibatkan kecelakaan atau kemalangan. Perasaan tersebut dapat terjadi karena trauma yang sangat dalam terhadap suatu kejadian.
- Hoarders, yaitu orang yang mempunyai obsesi untuk menimbun barang-barang tertentu demi kepuasan batin. Hoarders tingkat akut dapat menimbun barang-barang sampai satu ruangan penuh dan mengakibatkan kesulitan bagi dirinya sendiri apabila ia ingin memakai salah satu barang yang ia timbun itu.

Ada beberapa cara untuk menangani objective compulsive disorder, antara lain dengan teknik relaksasi seperti yang diajarkan di MSB Training, cognitive behavioral therapy atau pendekatan psikoterapi berbicara untuk memecahkan masalah disfungsional emosi untuk mengenali pikiran yang berkontribusi pada kecemasan itu, hypnotheraphy atau pengobatan yang menjangkau pikiran bawah sadar untuk membenarkan pikiran yang menimbulkan kekhawatiran pada si penderita, dan penanganan biologis dengan memberi obat-obatan khusus. Penanganan secara biologis sendiri tidak begitu dianjurkan karena hal tersebut hanya memberi efek sementara.

Untuk menangani penderita obsessive compulsive disorder, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu:
- Menolong penderita untuk membedakan antara pikiran dan perbuatan serta membimbing mereka untuk belajar bersikap wajar akan hasrat-hasrat yang kurang wajar
- Menolong penderita untuk belajar membedakan antara bahaya atau ancaman yang nyata dan yang khayal serta mereaksinya secara tepat dan efektif
- Menolong penderita untuk belajar menahan dorongan untuk melakukan tindakan-tindakan obsessive compulsive dengan menerapkan prinsip perkuatan.

Untuk menghilangkan obsessive compulsive disorder sendiri, ada beberapa hal yang perlu dilakukan si penderita, yaitu:
-  Belajar untuk santai dan selalu tenang, lebih berkonsentrasi hindari prasangka-prasangka negatif dan mencoba untuk lebih menikmati hidup tanpa paksaan tetapi tetap bertanggung jawab.
- Mengubah gaya hidup ke gaya hidup yang lebih sehat agar tetap bugar sehingga hidup dapat terasa lebih baik.
-Mencari dukungan agar merasa lebih nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena dengan dukungan orang lain secara emosional, kecemasan yang diakibatkan karena obsessive compulsive disorder dapat berkurang.
- Melakukan self monitoring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat daftar penyebab kegelisahan dan mengidentifikasi apa yang memicunya, dan dengan itu diharapkan timbul kekuatan dalam diri penderita untuk menghindari hal-hal yang bersifat kompulsif tersebut karena tidak semua hal yang dikhawatirkan akan terjadi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan belajar dari pengalaman orang yang pernah menderita OCD dan berhasil keluar dari gangguan itu sehingga memicu dirinya untuk menjauhi pikiran-pikiran yang membuat dirinya cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar